ditulis oleh Cristine Wili(Indonesia)
Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak inimemang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lainsaja.
Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa sayamembesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya punmelahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Sayamenamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian jugaSam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan danmembelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapastel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalumelarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalumenuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggaldunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadisemakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya sayamengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Sayapergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yangsedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian sayatinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayarhutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejakkejadian itu.
Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. UsiaPernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifatburuk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubahsedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telahberumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolahperawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagiyang mengingatnya.
Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu sepertisebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadaribetapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba bayangan Eric melintaskembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Soreitu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Braddengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yangsebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan halyang telah saya lakukan dulu.” aku menceritakannya juga denganterisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telahmemberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangissaya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter darihadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah sayatinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric…
Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya adasepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil serayamengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenalipotongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakanEric sehari-harinya. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelapsekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakalaia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenaldengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”
Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terusmenunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega,saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya.Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah,namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulanyang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulissetiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”
Saya pun membaca tulisan di kertas itu…
“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah samaEric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanjikalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”
Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan…katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Erictelah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnyasangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahandi belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takutapabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnyaada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya daribelakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yanglemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”
Monday, September 1, 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)